Holla… author datang kembali setelah sekian lama menghilang. Hihihi maafkan author yang lama hiatus dan menggantungkan cerita ini. Tanpa perlu lama, author langsung persembahkan CL untuk kalian semua. Selamat menikmati.
Jika ada yang mengatakan bahwa jatuh cinta bisa membuat seseorang merasa begitu bahagia sepertinya hal itu benar bagi Shin In Young. Ia merasakan dan membuktikannya kini. Perasaannya begitu saat ini, terlebih semenjak semalam ia akhirnya menyadari perasaannya untuk Cho Kyuhyun. Ya, ia akhirnya bisa membalas perasaan cinta yang diberikan oleh suaminya itu.
Kasih sayang, perhatian dan kesabaran dari Cho Kyuhyun akhirnya bisa mengetuk pintu hatinya, membukanya. Membuatnya bisa mencintai suaminya itu seutuhnya. Sama seperti Cho Kyuhyun yang juga mencintainya. Shin In Young sadar jika ia sangat beruntung karna Tuhan telah mengirimkan seorang pria sebaik Cho Kyuhyun sebagai pendampingnya. Teman hidupnya.
Pria yang mau menerima segala kekurangan dan kelemahannya. Pria yang selalu setia menemaninya dan menenangkannya kala mimpi-mimpi buruknya datang menggangu tidur malamnya. Shin In Young mensyukuri itu semua. Ada banyak hal lainnya yang telah dilakukan oleh seorang Cho Kyuhyun untuknya, yang mungkin takkan cukup dijabarkan oleh ucapan.
Perlakuan manis dan lembut Cho Kyuhyun padanya lambat laun mencairkan hatinya. Mengalihkan perhatian dan hatinya yang semula telah Shin In Young berikan pada orang lain. Ya. Perasaan cintanya dulu pada Kim Soo Hyun menurutnya cukuplah menjadi kisah masa lalunya. Kisah cinta yang sampai kapanpun takkan pernah bisa bersatu.
Ia dulu memang pernah mencintai Kim Soo Hyun sekian lama. Bertahun-tahun. Tapi Shin In Young sadar, jika kedekatan mereka selama belasan tahun itu justru penghalang bagi keduanya bersatu. Lagipula saat ini ia sudah merasa bahagia dan cukup dengan kehidupan yang ia punya saat ini. Seperti contohnya pagi ini ketika ia sedang menyiapkan sarapan dan Cho Kyuhyun yang memeluknya.
“Morning babe,” sapa Cho Kyuhyun lembut sambil memeluk istrinya dari belakang.
“Morning too,” Shin In Young membalas lembut dengan senyuman manisnya. Ia menengok sekilas Cho Kyuhyun yang asik mendekap tubuhnya. Kedua mata Cho Kyuhyun masih tertutup. Sepertinya Cho Kyuhyun baru saja bangun dan langsung mencarinya di dapur.
“Kenapa sudah bangun? Bukankah hari ini kau libur?” Shin In Young bertanya lembut.
Cho Kyuhyun yang masih memejamkan kedua matanya sambil mendekap dan sesekali menghirup aroma tubuh istrinya tersenyum tipis. “Aku tak menemukanmu di sebelahku, dan mencium harum masakan. Aku langsung saja menyusulmu kemari.”
Shin In Young kembali tersenyum. Ia ingat jika Cho Kyuhyun akhir-akhir mendadak selalu merengek ditemani setiap akan dan bangun tidur. Cho Kyuhyun selalu berdalih padanya jika ia selalu ingin melihat wajah Shin In Young pada saat ia bangun tidur. Hal itu tentu saja selalu mampu membuat hati Shin In Young melompat gembira.
“Makanan sudah siap. Sebaiknya kau membersihkan diri terlebih dahulu.” Shin In Young mematikan kompor gas, dan membalikkan tubuhnya. Ia melihat wajah cemberut Cho Kyuhyun ketika mendengar ucapannya tadi. “Kau bau, Cho Kyuhyun-ssi. Aku tak suka itu.” Kali ini Shin In Young menjepit hidungnya dengan ibu jari dan jari telunjuknya. Membuat ekspressi yang justru terlihat lucu.
Alih-alih menuruti perkataan Shin In Young, Cho Kyuhyun justru tersenyum smirk –khasnya, sejenak. Ya, hanya sejenak. Karna setelahnya ia langsung mencium bibir ranum milik istrinya yang menjadi favoritnya itu. Ia melumat dengan lembut, membuat Shin In Young yang awalnya terkejut karnanya detik berikutnya langsung membalas lumatan itu.
Shin In Young secara reflex melingkarkan kedua tangannya di leher Cho Kyuhyun. Ia memejamkan kedua matanya menikmati setiap lumatan Cho Kyuhyun yang terasa memabukkannya. Ribuan kupu-kupu terasa berterbangan di perutnya kala itu. Jemari lentik Shin In Young meremas lembut belakang kepala Cho Kyuhyun, membuat pria itu makin memperdalam lumatannya.
Entah sudah berapa lama waktu yang keduanya lewatkan dalam keintiman itu. Baik Cho Kyuhyun maupun Shin In Young tak peduli. Keduanya saat ini sama-sama disibukkan dengan hasrat yang menggoda keduanya, tanpa perlu mereka cegah. Shin In Young bahkan tak menyadari ketika Cho Kyuhyun tengah menindihnya di atas sofa.
Sejenak Shin In Young berfikir. Sofa? Sejak kapan ia dan Cho Kyuhyun berpindah ke sofa? Sepertinya ciuman Cho Kyuhyun benar-benar menghilangkan kesadarannya. Keduanya masih asik saling mencumbu mesra. Saat Cho Kyuhyun baru saja ingin membuka baju Shin In Young, sebuah suara terdengar. Suara dehaman keras yang membuat keduanya menghentikan kegiatan mereka.
“Ya Tuhan! Apa kalian tak bisa melakukannya di kamar?” suara Nyonya Cho terdengar lantang dan terkejut. Cho Kyuhyun mendengar suara itu langsung menengadahkan kepalanya. Ia melihat ibunya yang sudah berdiri di belakangnya bersama Ayahnya.
Sudah dapat dipastikan oleh Cho Kyuhyun suara dehaman siapa itu tadi yang menginterupsi kegiatannya. Ya. Itu suara Ayahnya. “Kenapa Abeoji dan Eomma tidak memberitahukan ku terlebih dahulu jika akan kesini?” Cho Kyuhyun menimpali tanpa menghiraukan ucapan Ibunya.
Melihat Ayah dan Ibu mertuanya yang datang, membuat Shin In Young buru-buru duduk dan membenahi penampilannya. Ia hanya bisa menundukkan kepalanya dan menahan semburat wajahnya saat ini. Ketahuan sedang bercumbu mesra dengan suami oleh orangtua merupakan hal yang sedikit memalukan bagi Shin In Young. Meskipun hal itu wajar saja dilakukan.
“Apakah aku harus memberitahu anak ku terlebih dahulu jika ingin mengunjunginya, huh?” Nyonya Cho membalas pertanyaan putranya sedikit sengit.
Mendengar jawaban dan pertanyaan balik dari Ibunya, membuat Cho Kyuhyun mendengus pelan. Tentu saja pelan. Karna jika tidak sudah bisa dipastikan Ibunya akan langsung mengamuk saat ini. “Setidaknya jika kalian memberitahukan padaku terlebih dahulu, kalian tidak perlu melihat adegan kami seperti tadi.”
Nyonya Cho justru tertawa menanggapi jawaban putranya. “Kami sebenarnya tidak keberatan melihat adegan kalian tadi. Wajar bukan untuk kalian.” Ia melemparkan senyum jenakanya pada Shin In Young sambil menyipitkan sebelah matanya.
“Yeobo, geumanhae.” Kali ini tuan Cho yang berucap. Ia rasa cukup dengan tingkah usil istrinya yang tadi menggoda anak dan menantu mereka. “Kedatangan kami kemari ingin mengunjungi kalian, dan juga ada beberapa hal yang perlu kubicarakan padamu, Kyu.”
“Ada apa? Apakah sesuatu yang mendesak?” Cho Kyuhyun bertanya. Entah mengapa instingnya mengatakan jika ada sesuatu yang tidak baik.
Tuan Cho tersenyum lembut. Ia menatap lembut menantunya yang terlihat sedikit terkejut karna ucapannya. Sejenak ia menjadi tak enak. “Bisakah kita membicarakannya hanya berdua saja?” pinta Tuan Cho sambil memandang wajah putranya tegas.
Raut wajah tegas milik Ayahnya yang terpasang di depannya saat ini, membuat Cho Kyuhyun terdiam. Ia berfikir sejenak. Hal penting apakah yang sepertinya begitu mendesak Abeoji hingga mendatangiku kesini? Cho Kyuhyun berfikir sejenak. Ia menghela nafasnya dan mengangguk. “Kita bisa bicarakan di ruangan kerjaku, Abeoji.” Cho Kyuhyun menjawab kemudian.
Kedua pria berbeda generasi itu kemudian beranjak menuju ruang kerja pribadi Cho Kyuhyun yang terletak di lantai 2 apartemen itu. Shin In Young memandang kepergian suami dan Ayah mertuanya dalam kegelisahan. Apakah sesuatu yang buruk teradi? Hal itu menjadi pertanyaannya sejak tadi. “Tidak perlu khawatir. Mereka hanya ingin membicarakan masalah antar pria.” Nyonya Cho –Ibu mertuanya, mencoba menenangkannya. Shin In Young mengangguk dan tersenyum simpul.
****
Setelah kedatangan kedua orangtua Cho Kyuhyun di apartemennya, Cho Kyuhyun dan Shin In Young memutuskan untuk pindah ke rumah orangtua Cho Kyuhyun hari itu juga. Ya. Kedatangan kedua orangtua Cho Kyuhyun selain untuk mengunjungi putra dan menantu mereka, juga bermaksud untuk membujuk Cho Kyuhyun dan juga Shin In Young agar mau pindah dan tinggal di kediaman mereka.
Kedua orangtua Cho Kyuhyun bersikeras meyakinkan bahwa untuk keadaan saat ini lebih baik bagi Cho Kyuhyun dan juga Shin In Young untuk tinggal di kediaman mereka. Mansion keluarga Cho. Semula Cho Kyuhyun memang menolak ide itu. Ia ingin mandiri. Tetapi Ayahnya meyakinnya dengan mengatakan hal ini hanya bersifat sementara saja.
Dengan tinggal di mansion keluarga Cho, tentu saja Shin In Young akan lebih aman dan terjaga. Tidak. Bukan Tuan Cho meremehkan kemampuan putranya, tetapi ia berfikir bukankah jika Shin In Young dan Cho Kyuhyun tinggal di mansion hal-hal buruk yang disebabkan oleh Kim Jun Su maupun orang lain yang berniat merusak hubungan keduanya bisa diatasi dengan lebih baik.
Ya. Tuan Cho sudah mengetahui perihal kasus hukum yang menyandung putranya. Ia pun juga mengetahui mengenai Kim Jun Su yang tergila-gila dengan menantunya. Bahkan ia mengetahui jika Kim Jun Su pernah mengelabui para penjaga apartemen Cho Kyuhyun dan menerobos masuk. Tentu saja hal terakhir itu menjadi pertimbangan kembali Cho Kyuhyun atas tawaran kedua orangtuanya.
Terlebih pula kasus hukum yang membelitnya ini masih belum mencapai titik selesai. Cho Kyuhyun memang yakin ia bisa menyelesaikan kasus hukum yang membelitnya ini. Karna ia sendiri tak bersalah seperti apa yang dituduhkan. Tetapi, karna kasus itu pula perhatian dan konsentrasinya dalam menjaga Shin In Young sedikit teralihkan. Beberapa kali pula ia harus pulang larut karna mengatasi keadaan perusahaan yang beberapa kali mengalami masalah.
“Kau belum tidur?” suara lembut Shin In Young terdengar, membuyarkan lamunan Cho Kyuhyun.
Menggeleng singkat sambil tersenyum simpul. “Masih belum mengantuk. Kau sendiri mengapa belum tidur, heum?” Cho Kyuhyun balik bertanya dengan nada lembutnya.
“Aku pun sepertinya sama sepertimu. Kau tau aku mempunyai kebiasaan sulit tertidur di tempat yang baru ku kunjungi atau tinggali.” Shin In Young menggembungkan kedua pipi chubbynya yang justru terlihat menggemaskan bagi Cho Kyuhyun.
Melihat ekspressi itu membuat Cho Kyuhyun menghela nafasnya –dalam. Wajar saja bagi Shin In Young seperti itu. Mereka terpaksa pindah dari apartemen yang sudah mereka tinggali bersama lebih dari 9 bulan. Tentu saja membutuhkan sedikit waktu untuk bisa beradaptasi di tempat baru. Terlebih dengan keadaan yang sedikit tak mengenakkan belakangan ini.
“Aku mengerti,” gumam Cho Kyuhyun. “Maafkan aku, membuatmu harus pindah ke sini secara mendadak. Jika kau tidak nyaman, kita masih bisa membicarakan ini dengan kedua orangtuaku dan kembali ke apartemen.”
“Bukan begitu maksudku,” cicit Shin In Young. Ia menggambar pola-pola lingkaran di dada bidang Cho Kyuhyun. “Aku hanya perlu sedikit waktu. Tidak akan lama hingga satu minggu, aku pasti akan nyaman tinggal disini. Kurasa, ada baiknya juga kita tinggal disini. Aku bisa lebih dekat dengan Abeonim dan Eommonim. Kehadiran mereka bisa sedikit mengobati rinduku kepada kedua orangtuaku di Busan.” Shin In Young tersenyum tipis dan menatap wajah Cho Kyuhyun.
“Benarkah begitu?” Cho Kyuhyun bertanya –memastikan, yang ditanggapi dengan anggukan mantap Shin In Young. “Baiklah jika itu keinginanmu. Terimakasih sudah mau mengerti.” Cho Kyuhyun tersenyum simpul dan mengecup dahi istrinya lembut.
Kecupan lembut itu bahkan mampu membuat hati Shin In Young bergolak riang. Ia tersenyum simpul kala menikmati sapuan hangat bibir Cho Kyuhyun di dahinya. “Cho Kyuhyun-ssi,” Shin In Young memanggil suaminya pelan. “Kapan sidang ketiga mu akan berlangsung?”
“Tiga hari yang akan datang.” Cho Kyuhyun menjawab singkat. Ia kembali teringat akan sidang ketiganya. Cho Kyuhyun yakin dan siap membawa kejutan kecil untuk sidang ketiganya itu. “Ada apa? Apakah ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?”
Shin In Young menggeleng singkat sebagai jawabannya. “Tidak ada. Hanya saja, bolehkah aku ikut datang dan menemani pada saat persidangan ketigamu itu?”
Pertanyaan Shin In Young mungkin sederhana, namun cukup menyadarkan Cho Kyuhyun. Ya, selama 2 kali ia menjalani persidangannya kemarin Shin In Young sama sekali belum pernah menemaninya. Tidak. Itu bukan karna kesalahan Shin In Young atau karna Shin In Young tak ingin mendampinya pada saat persidangan. Cho Kyuhyun yang tak memberitahukan hal itu sebelumnya.
“Tentu saja kau boleh datang dan menemaniku,” jawab Cho Kyuhyun. “Sekali lagi aku meminta maaf karna tak mengajakmu ke persidanganku sebelumnya. Bukan apa, kau jangan berfikir negative. Aku hanya tidak ingin itu membebani pikiranmu, membuat kondisi tubuhmu menurun. Bahkan bisa membahayakanmu juga bagi calon anak kita.” Cho Kyuhyun membelai pelan pipi istrinya.
Sentuhan ringan jemari Cho Kyuhyun dipipinya sesaat membuat Shin In Young memejamkan kedua matanya. Ia sedikit terlena karnanya. “Aku mengerti,” sahutnya pelan. “Hanya saja aku merasa tak berguna karna tak bisa membantumu apa-apa. Kau bahkan masih harus sibuk memikirkan kondisiku di tengah kasus yang membelitmu.”
Ucapan Shin In Young justru membuat Cho Kyuhyun sedikit kesal. Tidak, ia tidak sepenuhnya kesal. Hanya saja, ia tidak mengerti dengan jalan pikiran wanita. Mengapa sulit sekali dimengerti oleh pria sepertinya. Terlalu rumit karna memikirkan sesuatu hal yang belum benar. “Kau tidak perlu merasa seperti itu. Sudah seharusnya aku menjaga dan melindungimu. Itu memang tugasku.”
“Tetapi aku-“ belum sempat Shin In Young melanjutkan perkataannya Cho Kyuhyun sudah menciumnya terlebih dahulu. Membungkam mulatnya dan membuainya mesra.
“Sudah malam. Sebaiknya kita tidur.” Cho Kyuhyun memeluk erat tubuh Shin In Young setelah melepaskan tautan bibir mereka. Ia kemudian mendekap tubuh mungil istrinya yang selalu menjadi penenang dan candunya itu.
Tuhan, ku mohon. Untuk kali ini, biarkan kami bahagia. Biarkan aku bisa bahagia dan hidup lama dengan Cho Kyuhyun. Aku mencintainya, Tuhan. Jangan biarkan apapun memisahkan kami.
Ya, itulah sebaris doa yang dipanjatkan oleh Shin In Young. Ia berdoa dan memohon pada Tuhan agar menyatukannya dengan Cho Kyuhyun selamanya. Tak pernah sebelumnya ia berdoa seperti ini. Memelas kepada sang Maha Pencipta untuk mengijinkannya meraih kebahagiaannya dengan Cho Kyuhyun. Hanya dengan Cho Kyuhyun, karna ia begitu mencintai suaminya.
****
Na Yoon Jung melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Pikirannya kacau saat ini. Beberapa kali bibir mungilnya mengumpat serapah –yang biasanya tak pernah ia lakukan. Sesuatu hal terjadi yang membuatnya langsung panic. Hal itu disebabkan oleh telpon yang diterimanya beberapa menit yang lalu. Telpon yang mengabarkan keadaan Kim Soo Hyun.
Seseorang yang bekerja di sebuah bar menelponnya tadi. Mengabarkan bahwa Kim Soo Hyun tengah mabuk dan tertidur di sebuah bar. Hal itu tentu saja membuat Na Yoon Jung menjadi panic. Bukan karna apa. Kim Soo Hyun bukanlah pria pemabuk. Na Yoon Jung sangat mengetahui itu sejak mereka berteman di bangku kuliah.
Setaunya pula, Kim Soo Hyun bukanlah tipikal pria yang gemar menghabiskan waktu dan menikmati malam di sebuah bar. Hal itu bukanlah kepribadian Kim Soo Hyun sama sekali. Karna itulah saat Na Yoon Jung menerima telpon dan mendapat kabar itu, ia panik dan langsung saja menggendarai mobilnya dengan kecepatan maksimum menembus jalanan.
Untunglah dikarnakan hari yang malam –namun lebih tepat disebut dini hari, membuat Na Yoon Jung lebih leluasa mengendarai mobilnya dengan kecepatan maksimum. Benaknya menerka-nerka. Apa yang sebenarnya tengah terjadi? Bagaimana mungkin seorang Kim Soo Hyun mengunjungi bar dan mabuk di sana. Sangat tidak masuk akal!
Begitu sampai di bar yang di sebutkan oleh penelpon, Na Yoon Jung langsung saja menghambur masuk. Ia awalnya mengedarkan pandangannya mencari sosok Kim Soo Hyun. Hingga kemudian kedua mata almondnya menangkap punggung sosok Kim Soo Hyun. Pria itu tengah menumpukan kepalanya di atas meja bar.
“Geez! Apa yang kau lakukan disini, huh?” Na Yoon Jung mendumal kesal. Ia mencoba membangunkan Kim Soo Hyun, tetapi pria itu justru tidak terpengaruh akan usahanya. Ia akhirnya memutuskan membawa Kim Soo Hyun pulang. Itu pun dengan meminta bantuan petugas keamanan untuk membantu memapah tubuh Kim Soo Hyun.
Jujur saja. Kim Soo Hyun itu sebenarnya berat. Hanya saja dengan postur tubuhnya yang tinggi menjulang sedikit banyak membantu menyamarkan berat badannya. Setelah berhasil memapah Kim Soo Hyun masuk ke mobilnya –dengan meminta bantuan, Na Yoon Jung langsung saja kembali memacu mobilnya. Kali ini ia sedikit mengurangi kecepatannya.
Untungnya perjalanan dari bar hingga apartemen Kim Soo Hyun tidaklah terllau memakan waktu. Hanya membutuhkan waktu selama 20 menit. Kali ini Na Yoon Jung kembali meminta bantuan petugas keamanan apartemen Kim Soo Hyun. Ia takkan kuat memapah sendirian tubuh Kim Soo Hyun hingga depan apartemen pria itu.
Begitu berhasil –kembali, memapah tubuh Kim Soo Hyun dengan bantuan orang lain, Na Yoon Jung langsung memapah Kim Soo Hyun ke kamar pria itu. Sebelumnya ia sempat mengucapkan terima kasih pada petugas keamanan yang membantunya. Kim Soo Hyun masih belum sadarkan diri. Pria itu sesekali terdengar meracau tak jelas.
Na Yoon Jung melihat sekilas ke arah Kim Soo Hyun. Pria itu masih mengenakan pakaian dinasnya, lengkap dengan jas dan dasinya. Gadis itu menghela nafasnya kesal. Ia melangkah menuju Kim Soo Hyun -berniat membantu melepaskan jas, dasi serta sepatu pria itu. Aroma alcohol menguar kuat dari tubuh Kim Soo Hyun. Membuat Na Yoon Jung berkali-kali mengumpat kesal.
“Sebenarnya berapa banyak yang kau minum, huh?” dumalan Na Yoon Jung kembali terdengar. Ia melepas dengan sabar dan sedikit lembut jas, dasi serta sepatu pria itu.
“Kenapa kau melakukannya? Kenapa kau membela pria itu?” kali ini igauan Kim Soo Hyun terdengar sedikit jelas. Membuat Na Yoon Jung mengerutkan dahinya dan menatap pria itu.
“Apa yang kau bicarakan, huh?” Na Yoon Jung bertanya kesal setengah penasaran. Ia mendekatkan kepalanya ke wajah Kim Soo Hyun. Mencoba mengecek apakah pria itu sudah sadar ataukah hanya mengigau.
Dan ketika wajah Na Yoon Jung sudah berada di depan wajah Kim Soo Hyun, pria itu membuka kedua matanya. Mata elang itu menatap kedua manik mata almond milik Na Yoon Jung tajam. “Kau sudah sadar?” tanyanya polos.
Kim Soo Hyun tak menjawab. Kedua matanya masih memperhatikan wajah gadis yang ada di hadapannya. Hal itu tentu saja membuat Na Yoon Jung sedikit gugup. Namun alih-alih menjawab, Kim Soo Hyun justru langsung menarik lengan Na Yoon Jung dan merubah posisi mereka. Ia memerangkap Na Yoon Jung di bawah tubuhnya.
Hal itu tentu saja membuat Na Yoon Jung semakin gugup. Posisinya saat ini sangat tidak mengenakkan. “Soo Hyun-ah, menyingkirlah. Aku harus pulang.” Na Yoon Jung berusaha berujar dengan nada datarnya. Namun sialnya suaranya yang keluar justru bergetar.
Perkataan Na Yoon Jung kembali tak mendapat jawaban dari Kim Soo Hyun. Pria itu justru mengelus lembut pipi kanan Na Yoon Jung. Tatapannya mengabur. Sentuhan Kim Soo Hyun di pipinya membuat Na Yoon Jung bergidik namun setengah hatinya menyukainya. “Aku menginginkanmu.” Ucapan lembut Kim Soo Hyun terdengar kemudian.
Seketika saja alarm bahaya menyala kencang di kepala Na Yoon Jung. Ia menggelengkan kepalanya. “Kau mabuk, Kim Soo Hyun. Menyingkirlah!” Na Yoon Jung mengelak. Ia mencoba melepaskan diringan dari kurungan tubuh Kim Soo Hyun. Namun rupanya usahanya itu sama sekali tak membuahkan hasil.
Justru Kim Soo Hyun asik mencumbu Na Yoon Jung. Membuat gadis itu merasakan sekujur tubuhnya panas. Otaknya menolak perlakuan Kim Soo Hyun. Namun entah mengapa tubuhnya seakan berkhianat. Kini keduanya bahkan sudah menanggalkan pakaian mereka. Tidak lebih tepatnya, Kim Soo Hyun yang menanggalkan pakaian mereka –secara paksa.
Semuanya mengalir begitu saja. Na Yoon Jung bahkan seakan tersihir akan gelora yang melandanya. Ia tau ini salah. Namun Na Yoon Jung tak bisa menghentikannya. Tidak. Setengah hatinya berteriak kencang menerima dengan senang. Semuanya terasa indah. Hingga sebuah pekataan Kim Soo Hyun menghancurkan segalanya.
Menghancurkan perasaan dan juga harga dirinya. “Aku mencintaimu, Youngie-ya. Sangat mencintaimu.” Ucapan itu serasa sebilah anak panah yang langsung menancap di ulu hatinya. Membuat tubuh polos Na Yoon Jung menegang sesaat.
Ya. Semua ini salah. Ini semua kesalahan. Tidak seharusnya ia menikmati kesalahan ini. Na Yoon Jung memejamkan kedua matanya. Ia membuang wajahnya. Air matanya terasa mengumpul di pelupuk matanya dan siap untuk menganak keluar. Hal ini terasa menyakitkan baginya. Na Yoon Jung kemudian menggelengkan kepalanya pelan.
Ia tersadar. Selamanya Kim Soo Hyun takkan pernah bisa mencintainya. Pria itu takkan pernah bisa membalas perasaannya. Karna selamanya dalam hati pria itu hanya akan ada nama Shin In Young. Wanita yang sudah menjadi milik pria lain dan tengah mengandung. Rasa sakit itu menderanya tanpa ampun. Na Yoon Jung merasa ia kehilangan segalanya.
****
Kim Soo Hyun mengerjapkan kedua matanya. Sinar mentari pagi sedikit mengusik tidur lelapnya, menembus melalui celah-celah gorden kamarnya. Ia mengernyitkan kepalanya. Rasa pening seketika itu langsung saja menderanya. Pria itu mencoba duduk dan bersandar di kepala ranjangnya. Sesekali ia mengusap keningnya yang masih terasa pening.
Untuk sesaat ia merasa tak mengingat apa yang telah terjadi. Hal itu membuat kepalanya makin terasa pening dikarnakan ia memaksakan untuk mengingat. Namun detik kemudian sebuah kilasan bayangan berkelibat di kepalanya. Bayangan dimana tampak sepasang manusia tengah bergumul panas di atas ranjang. Saling menyalurkan hasrat dan gairah mereka.
SHIT!
Kim Soo Hyun mengumpat pelan. Merutuki dalam hati kebodohannya semalam. Ia sedikit mulai mengingat apa yang semalam telah terjadi. Tidak seharusnya hal itu terjadi. Meskipun ia melakukannya dikarnakan pengaruh alcohol, namun tidak seharusnya ia melakukannya. Ia mengurut pangkal hidungnya berulang kali.
Sekarang semua telah terjadi. Lalu apa yang harus Kim Soo Hyun lakukan? Tidak pernah sebelumnya ia mabuk hingga menyebabkan hal seperti ini. Na Yoon Jung. Nama itu bergema di kepalanya. Ya, semalam ia dan Na Yoon Jung telah melakukan sebuah kesalahan. Kesalahan yang tidak seharusnya terjadi diantara mereka.
Saat sedang memikirkan apa yang telah terjadi, pintu kamarnya terbuka. Menampilkan sosok wanita yang sejak tadi berkelana di kepalanya. Na Yoon Jung masuk dan tersenyum simpul sambil membawa nampan. “Kau sudah bangun? Aku sudah memasakkan sarapan untukmu, dan juga ini aku membuatkan teh madu untukmu. Semoga bisa menguranngi sakit kepalamu.”
Na Yoon Jung meletakkan nampan yang berisi the madu dan juga beberapa butir pil aspirin, untuk meredakan sakit kepala Kim Soo Hyun. Ia tau jika saat ini Kim Soo Hyun pasti tengah mengalami pening dikarnakan hangover. Hasil akibat mabuknya semalam.
Kim Soo Hyun menatap Na Yoon Jung lekat. Sesaat nafasnya terasa tercekat. Ia merasa gugup dan malu menghadapi Na Yoon Jung. Entah mengapa melihat sikap Na Yoon Jung yang justru baik padanya pagi ini membuat perasaannya tercabik. Ini salah. Tak seharusnya Na Yoon Jung bersikap baik seperti ini padanya. Terlebih setelah apa yang terjadi semalam.
“Kenapa kau melakukan ini?” Kim Soo Hyun bertanya kemudian dengan nada datarnya yang mati-matian ia keluarkan.
Mendengar pertanyaan Kim Soo Hyun itu membuat Na Yoon Jung mengerutkan dahinya. Ia menoleh dan menatap balik Kim Soo Hyun yang menatapnya lekat. “Apa maksudmu?” tanyanya sedikit bingung akan maksud ucapan pria itu.
“Kenapa kau justru masih bersikap baik terhadapku, setelah apa yang semalam terjadi? Bukankah seharusnya kau marah padaku?” Kim Soo Hyun mengeluarkan pertanyaan yang berkelana di kepalanya dan seakan mencekiknya.
Pertanyaan itu untuk sesaat membuat Na Yoon Jung terpaku. Tubuhnya menegang. Ia teringat kembali akan apa yang telah terjadi semalam. Tapi itu semua hanya untuk sesaat. Karna selanjutnya ia kembali tersadar dan memejamkan kedua matanya sejenak. Ya, hanya sejenak guna mengusir bayangan kelam semalam. Sebuah bayangan yang mengingatkannya akan kesalahan terbesarnya.
“Kau ingin aku marah padamu? Mencaci-maki dirimu atas apa yang terjadi semalam?” Na Yoon Jung bertanya pelan. Kim Soo Hyun justru tak bisa menjawab pertanyaan itu. Karna sesungguhnya ia juga tak ingin Na Yoon Jung marah padanya. Meski pada kenyataannya ia memang layak menerima amarah dan caci-maki dari wanita itu.
Na Yoon Jung kembali menatap Kim Soo Hyun. Ia tersenyum kecut. “Kau bahkan tak bisa menjawabnya,” ujarnya. “Apa yang terjadi semalam hanyalah kesalahan. Setiap manusia bisa saja melakukan kesalahan, bukan? Kurasa apa yang terjadi semalam bukanlah sebuah masalah besar. Di jaman sekarang melakukan hal seperti itu bukan hal yang tabu, bukan? Jadi tak perlu dipermasalahkan.”
Entah mengapa ketika mendengar jawaban Na Yoon Jung itu justru membuat amarah Kim Soo Hyun yang bergejolak. Ia memejamkan kedua matanya menahan amarahnya yang bergemuruh. Cukup untuk satu kesalahan semalam. Ia tak ingin menambah kesalahan dan kebodohannya. Ia harus berpikir tenang dan tak boleh terbawa emosi untuk saat ini.
“Ya, kurasa kau benar.” Kim Soo Hyun membalas ucapan Na Yoon Jung. “Itu bukanlah sesuatu yang perlu dipermasalahkan. Dan kurasa bukankah lebih baik kita melupakannya dan menganggap hal itu tidak terjadi semalam.”
Kini giliran Na Yoon Jung yang merasakan hatinya sakit. Ucapan Kim Soo Hyun itu benar-benar menohok hatinya. Melupakan apa yang terjadi semalam? Na Yoon Jung tertawa sumbang dalam hatinya. Bukankah itu juga yang diinginkannya? Na Yoon Jung juga ingin sekali melupakan itu. Jika bisa ia ingin agar hal itu tidak terjadi semalam. Tetapi harapan hanya tinggal harapan.
Nasi telah menjadi bubur. Ia tak bisa merubah garis takdir yang telah Tuhan lukiskan untuknya. “Kau benar,” gumam Na Yoon Jung. Ia bangkit dari duduknya yang semula di pinggir ranjang. “Aku harus pulang. Aku baru teringat akan janji dengan salah satu client ku siang ini. Kalau begitu aku pamit.” Tanpa menunggu jawaban dari Kim Soo Hyun, ia berjalan keluar dari kamar itu.
Menghiraukan hatinya yang berteriak kesakitan, Na Yoon Jung melangkah keluar dari apartemen Kim Soo Hyun. Ya, ia tau semalam adalah kesalahan. Kesalahan yang tak seharusnya mereka lakukan. Na Yoon Jung memang tak menyalahkan Kim Soo Hyun atas apa yang semalam terjadi, karna menurutnya ia juga bersalah dalam hal ini.
Jika saja ia tak terbawa suasana dan menikmati apa yang seharusnya tidak ia nikmati. Jika saja ia bisa lebih tegas dan keras menahan Kim Soo Hyun semalam, tentu saja tidak akan terjadi kesalahan itu. Ya, jika saja. Sayangnya Na Yoon Jung bukanlah wanita yang senang meratapi takdir. Ia tau tidak seharusnya ia terlarut dalam penyesalan. Karna menjalani hidup dan terus melangkah jauh lebih berharga dibanding terus menyesali apa yang sudah terjadi.
****
Siang itu merupakan jadwal Shin In Young untuk memeriksakan kandungannya. Kebetulan hari ini ia tidak memiliki janji konsultasi dengan dosen pembimbingnya sehingga ia bisa memeriksakan perkembangan kehamilannya. Jujur saja, Shin In Young sudah tak sabar ingin segera melihat hasil USG janin yang dikandungnya.
Dokter kandungannya mengatakan jika ia bisa mengetahui jenis kelamin anaknya. Hal itu semakin membuat perasaan Shin In Young senang. Ia terus saja tersenyum dan membayangkan seperti apa anaknya nanti setelah terlahir dan besar. Ketika ia sedang asik membayangkan anaknya dimasa depan, ia merasakan lengan kokoh yang memeluknya dari belakang.
“Aku penasaran apa yang tengah kau pikirkan saat ini.” Suara Cho Kyuhyun terdengar pelan dan selembut beledru. Shin In Young sedikit terkesiap karna ulah suaminya ini. Namun tak lama ia kembali tersenyum dan terkekeh kecil.
“Aku hanya sedang memikirkan bayiku,” jawabnya dengan senyuman yang tak luntur.
Cho Kyuhyun mendecakkan lidahnya mendengar ucapan istrinya. “Bayi kita sayang,” koreksi Cho Kyuhyun. Mendengar ucapan Cho Kyuhyun itu membuat Shin In Young kembali terkekeh kecil. Suaminya itu terkadang terlalu sensitive akan hal kecil. Seperti tadi contohnya saat ia salah menyebut calon anak mereka.
“Iya, itu maksudku,” jawabnya dengan kekehan kecil. “Kau jadi mengantarkan aku ke rumah sakit memeriksakan kehamilanku?” Shin In Young bertanya kemudian. Ia membalikkan badannya sehingga kini bisa menatap langsung suaminya.
“Tentu saja. Aku sengaja mengosongkan jadwalku hari ini khusus untuk menemanimu. Aku juga ingin melihat foto hasil USG calon anak kita.” Cho Kyuhyun menjawab dengan senyumannya. Ia memang sengaja mengosongkan jadwalnya hari ini demi menemani istrinya. Cho Kyuhyun ingin selalu mendampingi selama proses kehamilan Shin In Young.
Keduanya pun langsung menuju rumah sakit. Selama perjalanan Shin In Young tak pernah bisa menghilangkan senyuman dari wajahnya. Ia sangat bersyukur, dikehamilannya yang pertama Cho Kyuhyun selalu setia mendampinginya. Pemeriksaan kehamilannya tidak terlalu memakan waktu lama. Dokter memberikannya masukan mengenai asupan gizi selama kehamilannya dan nasehat-nasehat.
Dokter kandungannya menyarankannya untuk tidak terlalu berfikir keras yang menyebabkan stress dan akan berakibat pada kehamilannya. Setelah mendapatkan foto hasil USGnya, Shin In Young semakin tersenyum senang. Ia mengelus dengan lembut perutnya yang membuncit. “Terimakasih sudah hadir diantara kami. Appa mencintaimu.” Cho Kyuhyun berbisik pelan di depan perut istrinya.
Ia seakan tengah berkomunikasi dengan calon anaknya. Membelai lembut perutnya yang semakin membuncit dengan penuh sayang. Hal itu justru membuat Shin In Young terharu. Tak terasa sebutir cairan bening menetes dipipinya. Itu bukanlah tangis kesedihan. Ia menangis karna terharu melihat betapa Cho Kyuhyun mencintai dirinya dan calon bayi mereka.
****
ToBeContinue